Tak perlu di
pungkiri lagi bahwa kepercayaan animisme dan dinamisme di indonesia ini
masih melekat kuat di masyarakat yang condong kepada hal hal mistis,
sebut saja jenglot sebagai salah satu dari benda benda yang dianggap
mistis. "benda" berwujud seperti manusia utuh atau
setengah manusia setengah hewan ini di percaya hidup dengan berbagai
asal usul ceritanya. Tetapi apakah memang benda berukur belasan
centimeter itu benar benar hidup?
Langsung aja, berikut adalah beberapa poin yang dapat meruntuhkan anggapan bahwa jenglot adalah mahkluk hidup:
Poin Pertama:
Jenglot Mempunyai DNA Manusia Tetapi Tidak Memiliki Tulang
Test
rontgen dan tes DNA dari dokter Djaja Surya Atmaja, pakar DNA forensik
UI memang menyatakan DNA itu adalah DNA manusia, bukan dari primata atau
yang lainnya. Tentu saja hasil penelitian dari sang ahli dapat
digolongkan sebagai bukti kuat.
Tetapi hasil rontgen ini juga tidak
menunjukkan adanya tulang, jantung, paru paru atau bagian organ dalam
manusia lainnya, tanpa organ organ ini jelas terlihat bahwa jenglot
tidak sama dengan manusia.
Poin Kedua:
Banyaknya Bentuk-Bentuk Jenglot
Tak
hanya berbentuk manusia, tetapi banyak juga jenglot yang bebentuk
setengah ular, monster, ikan dll, tetapi tentu saja semuanya berukuran
kecil. Kemungkinan ini adalah untuk variasi saja atau pembuat jenglot
ini merasa kesusahan membuat bentuk mirip dengan manusia, jadi untuk
menghindarinya cukup dengan mengganti bentuk bentuk yang gampang dibuat
kaya diates gan.
Poin Ketiga:
Tidak Ada Bukti Jenglot Bergerak
Jenglot
adalah boneka, bukan robot. Tanpa rangka tentu saja tak dapat bergerak.
Hingga kini juga tak pernah ada video yang menunjukkan gerakan jenglot.
Poin Keempat:
Pemilik Tidak Berani Jenglotnya Dibedah
Alasannya
karena tidak mau ada hal hal yang tidak baik terjadi, tetapi saat
penelitian dengan bermacam macam cara dan alat tidak ada sesuatu yang
ganjil dan aneh terjadi. Apakah pemiliknya takut ketahuan jika DNA dari
daging dan tulang penyangga berbeda? Atau mungkin penyangganya terbuat
dari bahan selain tulang, kayu mungkin. Dan juga apakah takut ketahuan
jika daging dan tulang tidak melekat dengan sempurna. Tes rontgen memang
tidak dapat menjelaskan ini, tapi dengan pembedahan semuanya dapat
terjawab.
Poin Kelima:
Jenglot Berusia Ribuan Tahun
Dari
hasil pengkuran usia diketahui bahwa jenglot berusia ribuan tahun
dengan yang tertua 3112 tahun, lalu pada masa itulah yang namanya
animisme berkembang, jadi wajar jika manusia pada jaman dahulu membuat
benda seperti ini sebagai media ritual.
Poin Keenam:
Bukti Antropologi
jenglot
tak hanya ada di indonesia dan malaysia saja, tetapi di thailand juga
ada benda serupa yang disebut gumam thong, lengkapnya bisa agan baca disini
Secara
singkatnya dengan prinsip yang hampir sama, gumam thong dan jenglot
adalah sama sama untuk tujuan spiritual. Cerita yang menyertai jenglot
adalah menceritakan jenglot itu dulunya adalah seorang yang sakti dan
ketika mati tubuhnya menjadi mumi hingga mengecil hingga ukuran belasan
centimeter itu. Memang proses mumifikasi seperti itu ada, tetapi seperti
mumi dende di toraja hanya mampu mengerutkannya hingga mencapai ukuran
90cm saja. Karena kerangkanya tak dapat dikerutkan.
Mumi Dende
Poin Ketujuh:
Proses Mumifikasi
Manusia
terdiri dari 80% air dan cairan, saat mati cairan cairan itu akan terus
berkurang dan membuat tubuh mengerut, tetapi tidak dengan rangkanya.
Sekarang mungkinkah mengecilkan mayat dapat dilakukan? Hal itu dapat
dilakukan tetapi tentu saja dengan proses yang sangat rumit, seluruh
tulangnya harus dibuang, dengan cara ini paling tidak ukuran dewasa
dapat dikecilkan hingga ukuran 26inch / 78 cm, masih jauh dari ukuran
belasan centi.
Poin Kedelapan:
Tidak Ada Bentuk Transisi
Di
mesir selain manusia juga ada mumi hewan, di peru juga ditemukan kepala
yang dikecilkan. Ada transisi tingkat kesulitan, jika jenglot adalah
mumi bayi, anak kecil maupun orang kerdil yang dimumikan, maka mana
transisinya, usaha untuk membuat benda kecil dengan detail pemumian
bukanlah hal yang bisa langsung jadi, harusnya orang memulai dulu dengan
objek manusia yang lebih besar. Tetapi hingga saat ini bukti seperti
ini tidak ditemukan.
Bagaimana dengan praktek membuat mumi di daerah
lain seperti di toraja dan papua? Mumi disana dibuat dengan cara yang
sederhana, ukuranya juga tidak jauh dengan ukuran aslinya, ia hanya
menyusut karena dehidrasi. Praktek kimia yang dilakukan pada mumi juga
hanya bertujuan untuk mengawetkannya, bukan menyusutkannya.
Maka
dari itulah berdasarkan bukti bukti dan fakta fakta yang ada maka dapat
disimpulkan bahwa jenglot tidak lebih dari hanya sekedar boneka saja.
Lalu
pasti ada yang bertanya bagaimana dengan kekuatan mistis atau
supranatural lainya? Pemilik jenglot memang boleh berargumen seperti itu
dan mungkin paranormal lainya juga mengatakan demikian, tetapi apakah
mereka bisa membuktikan keberadaan kekuatan itu kepada khalayak umum?
Saya
rasa tidak, orang seperti ini dan media massa butuh sensasi agar mereka
tetap eksis, jadi memelihara hal hal yang diluar nalar seperti ini
adalah salah satu caranya.
Tapi tetap juga kita menyerahkan semua pada-Nya. Karena memang Dia lah yang Maha Tahu .
http://angkatigabelas.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar