Jumat, 05 April 2013

jenglot adalah mahkluk hidup

Tak perlu di pungkiri lagi bahwa kepercayaan animisme dan dinamisme di indonesia ini masih melekat kuat di masyarakat yang condong kepada hal hal mistis, sebut saja jenglot sebagai salah satu dari benda benda yang dianggap mistis. "benda" berwujud seperti manusia utuh atau setengah manusia setengah hewan ini di percaya hidup dengan berbagai asal usul ceritanya. Tetapi apakah memang benda berukur belasan centimeter itu benar benar hidup?
Langsung aja, berikut adalah beberapa poin yang dapat meruntuhkan anggapan bahwa jenglot adalah mahkluk hidup:


Poin Pertama:
Jenglot Mempunyai DNA Manusia Tetapi Tidak Memiliki Tulang
Test rontgen dan tes DNA dari dokter Djaja Surya Atmaja, pakar DNA forensik UI memang menyatakan DNA itu adalah DNA manusia, bukan dari primata atau yang lainnya. Tentu saja hasil penelitian dari sang ahli dapat digolongkan sebagai bukti kuat.
Tetapi hasil rontgen ini juga tidak menunjukkan adanya tulang, jantung, paru paru atau bagian organ dalam manusia lainnya, tanpa organ organ ini jelas terlihat bahwa jenglot tidak sama dengan manusia.


Poin Kedua:
Banyaknya Bentuk-Bentuk Jenglot


Tak hanya berbentuk manusia, tetapi banyak juga jenglot yang bebentuk setengah ular, monster, ikan dll, tetapi tentu saja semuanya berukuran kecil. Kemungkinan ini adalah untuk variasi saja atau pembuat jenglot ini merasa kesusahan membuat bentuk mirip dengan manusia, jadi untuk menghindarinya cukup dengan mengganti bentuk bentuk yang gampang dibuat kaya diates gan.


Poin Ketiga:

Tidak Ada Bukti Jenglot Bergerak

Jenglot adalah boneka, bukan robot. Tanpa rangka tentu saja tak dapat bergerak. Hingga kini juga tak pernah ada video yang menunjukkan gerakan jenglot.


Poin Keempat:
Pemilik Tidak Berani Jenglotnya Dibedah
Alasannya karena tidak mau ada hal hal yang tidak baik terjadi, tetapi saat penelitian dengan bermacam macam cara dan alat tidak ada sesuatu yang ganjil dan aneh terjadi. Apakah pemiliknya takut ketahuan jika DNA dari daging dan tulang penyangga berbeda? Atau mungkin penyangganya terbuat dari bahan selain tulang, kayu mungkin. Dan juga apakah takut ketahuan jika daging dan tulang tidak melekat dengan sempurna. Tes rontgen memang tidak dapat menjelaskan ini, tapi dengan pembedahan semuanya dapat terjawab.


Poin Kelima:

Jenglot Berusia Ribuan Tahun

Dari hasil pengkuran usia diketahui bahwa jenglot berusia ribuan tahun dengan yang tertua 3112 tahun, lalu pada masa itulah yang namanya animisme berkembang, jadi wajar jika manusia pada jaman dahulu membuat benda seperti ini sebagai media ritual.


Poin Keenam:
Bukti Antropologi
jenglot tak hanya ada di indonesia dan malaysia saja, tetapi di thailand juga ada benda serupa yang disebut gumam thong, lengkapnya bisa agan baca disini
Secara singkatnya dengan prinsip yang hampir sama, gumam thong dan jenglot adalah sama sama untuk tujuan spiritual. Cerita yang menyertai jenglot adalah menceritakan jenglot itu dulunya adalah seorang yang sakti dan ketika mati tubuhnya menjadi mumi hingga mengecil hingga ukuran belasan centimeter itu. Memang proses mumifikasi seperti itu ada, tetapi seperti mumi dende di toraja hanya mampu mengerutkannya hingga mencapai ukuran 90cm saja. Karena kerangkanya tak dapat dikerutkan.




Mumi Dende


Poin Ketujuh:

Proses Mumifikasi

Manusia terdiri dari 80% air dan cairan, saat mati cairan cairan itu akan terus berkurang dan membuat tubuh mengerut, tetapi tidak dengan rangkanya. Sekarang mungkinkah mengecilkan mayat dapat dilakukan? Hal itu dapat dilakukan tetapi tentu saja dengan proses yang sangat rumit, seluruh tulangnya harus dibuang, dengan cara ini paling tidak ukuran dewasa dapat dikecilkan hingga ukuran 26inch / 78 cm, masih jauh dari ukuran belasan centi.


Poin Kedelapan:

Tidak Ada Bentuk Transisi

Di mesir selain manusia juga ada mumi hewan, di peru juga ditemukan kepala yang dikecilkan. Ada transisi tingkat kesulitan, jika jenglot adalah mumi bayi, anak kecil maupun orang kerdil yang dimumikan, maka mana transisinya, usaha untuk membuat benda kecil dengan detail pemumian bukanlah hal yang bisa langsung jadi, harusnya orang memulai dulu dengan objek manusia yang lebih besar. Tetapi hingga saat ini bukti seperti ini tidak ditemukan.
Bagaimana dengan praktek membuat mumi di daerah lain seperti di toraja dan papua? Mumi disana dibuat dengan cara yang sederhana, ukuranya juga tidak jauh dengan ukuran aslinya, ia hanya menyusut karena dehidrasi. Praktek kimia yang dilakukan pada mumi juga hanya bertujuan untuk mengawetkannya, bukan menyusutkannya.

Maka dari itulah berdasarkan bukti bukti dan fakta fakta yang ada maka dapat disimpulkan bahwa jenglot tidak lebih dari hanya sekedar boneka saja.
Lalu pasti ada yang bertanya bagaimana dengan kekuatan mistis atau supranatural lainya? Pemilik jenglot memang boleh berargumen seperti itu dan mungkin paranormal lainya juga mengatakan demikian, tetapi apakah mereka bisa membuktikan keberadaan kekuatan itu kepada khalayak umum?
Saya rasa tidak, orang seperti ini dan media massa butuh sensasi agar mereka tetap eksis, jadi memelihara hal hal yang diluar nalar seperti ini adalah salah satu caranya.
Tapi tetap juga kita menyerahkan semua pada-Nya. Karena memang Dia lah yang Maha Tahu .




http://angkatigabelas.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar